Guru Besar ke-60 Ini Akhirnya Jadi Rektor Unila, Siapa Dia? - Harian Koridor

Breaking

Home Top Ad

GIZI

Post Top Ad

Sabtu, 19 Oktober 2019

Guru Besar ke-60 Ini Akhirnya Jadi Rektor Unila, Siapa Dia?


Bandar Lampung,Harian Koridor.com-Universitas Lampung (Unila), perguruan tinggi negeri (PTN) tertua di provinsi 9,45 juta jiwa penduduk ujung Sumatra, resmi memiliki rektor baru masa jabatan 2019-2023, hasil sidang Pemilihan Rektor (Pilrek) Unila, Kamis 17 Oktober 2019.

Taja lancar Senat Unila diketuai Prof Dr Heryandi MH, di Ruang Sidang Lt 2 Gedung Rektorat Unila, Jl Soemantri Brodjonegoro, Gedongmeneng, Bandarlampung itu, digelar berdasar Surat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI Nomor R/693/M/KP.03.02./2019 tentang Pilrek Unila.

Perinci, pilrek diikuti 47 dari 48 anggota senat pemilik 65 persen hak suara, dan Dr Totok Prasetyo BEng MT selaku pejabat kuasa Menristekdikti Prof HM Nasir Drs Ak MSi PhD, pemilik 35 persen hak suara.

Saat jumpa pers usai pemilihan, Ketua Senat Unila Heryandi didampingi oleh Ketua Panitia Kerja (Panja) Pilrek Unila 2019–2023 Prof Dr Ir H Wan Abbas Zakaria MS, Totok Prasetyo, tiga calon rektor termasuk rektor terpilih, bergantian menjelaskan sejumlah hal.

Antara lain, meski tertutup pilrek berjalan lancar, santun, demokratis. Panja telah lewati segenap tahapan, termasuk mengirim berita acara tiga calon rektor ke Kemenristekdikti.

Selanjutnya, semua dokumen dalam proses pemilihan telah diserahkan ke pejabat kuasa Menristekdikti untuk prakondisi pelantikan.

Pejabat kuasa Menristekdikti, Totok Prasetyo mengapresiasi kinerja panja dan jalannya pilrek. "Terpilihnya Rektor Unila merupakan hasil dari demokrasi yang jujur dan adil dari semua yang terlibat di dalamnya. Memang ada suara menteri 35 persen, tapi ada juga pertimbangan dari berbagai pihak eselon I semasa penjaringan calon rektor," kata dia, seperti tertuang dalam rilis Humas Unila.

Direktur Pembinaan Kelembagaan Perguruan Tinggi Ditjen Kelembagaan Iptek dan Dikti Kemenristekdikti ini bak mengamini harapan Ketua Senat Unila, Prof Heryandi, saat jumpa pers Panja Pilrek, Rabu (15/10/2019) lalu.

Mantan Dekan Fakultas Hukum (FH) Unila itu berharap, pilrek bisa berjalan sesuai harapan dengan atmosfir pemilihan yang sejuk dan menjalankan prinsip demokrasi santun, seraya menginfokan serangkaian proses panjang Kemenristekdikti dalam penetapan rektor baru Unila.

Seperti, menghimpun rekam jejak ketiga calon dari Badan Intelijen Negara/BIN, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan/ PPATK dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme/BNPT, menerima masukan terkait kinerja ketiga calon usai rapat eselon, serta penentuan calon pilihan menteri berdasar berbagai penilaian dimaksud.

Tambahan poin penilaian, juga diungkapkan. Persiapan teknis mantap hingga buah lancar dan sukses gelar pilrek notabene merupakan pula salah satu komitmen Kemenristekdikti untuk memberikan penilaian.

Info lain yang dibeberkan Heryandi, Selasa, dan terkonfirmasi jelas, Kamis, siapa dari pihak kementerian bakal hadir, mencoblos, menerima berita acara, terjawab hadirnya Totok Prasetyo. Ini sekaligus menguak fakta bahwa Pilrek Unila 17 Oktober 2019 digelar bersamaan dua PTN lainnya di Indonesia.

Kini, tugas berat di pundak Panja Pilrek Unila sudah mulai agak berkurang.

Menyisihkan calon lainnya, rektor terpilih ke-7 Unila asal Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP), meraup suara terbanyak, yakni 44 suara setara kumulatif 61,11 persen.

Disusul calon asal Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan kini menjabat Wakil Rektor (Warek) I Bidang Akademik Prof Dr H Bujang Rahman MSi, yang meraih 22 suara (30,56 persen).

Dan, Warek II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, asal dari Fakultas Pertanian Unila Prof Dr Ir Muhammad Kamal MSc di posisi juru kunci dengan torehan 6 suara (8,33 persen).

Seperti hendak membuktikan bahwa taja Pilrek Unila kali ini ibarat 'perang bintang', rektor terpilih ini notabene kini juga Warek III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.

Siapa dia?

Dialah Prof Dr H Karomani MSi, akrab disapa Kang Aom oleh para sejawatnya. Kelahiran Menes, Pandeglang Selatan, Banten, 30 Desember 1961 ini selanjutnya akan segera dilantik usai habisnya masa jabatan rektor saat ini, Prof Dr Ir H Hasriadi Mat Akin MS.

Menilik rekam jejaknya, mantan pengampu mata kuliah Komunikasi Antar Budaya Unsera (Universitas Serang Raya), Banten ini kelar S1 Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia dari Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung, Jawa Barat, yang pada tahun 1999 bermetamorfosis jadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), berkedudukan di Jakarta.

Sarjana linguistik ini lanjut S2 dan berhak sandang gelar Magister Sains (MSi), lantas tancap gas kejar gelar S3-nya yang ia raih di Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung.

Alumnus Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Pandeglang, Banten, itu baru sukses sandang gelar Guru Besar Ilmu Komunikasi Sosial Unila usai dikukuhkan 1 Maret 2016.

Mempertahankan disertasi, menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Model Komunikasi Antarelite Lokal di Banten" (Sebuah Refleksi untuk Kajian Komunikasi Antarbudaya di Lampung), gelar profesornya dikukuhkan dalam Rapat Luar Biasa Senat Unila saat itu.

Penelusuran redaksi, mengungkap dua hal menarik terkait proses penerimaan jabatan sebelum resmi ia sandang. Pertama, saat pengukuhannya, yang bertindak mewakili Rektor Unila untuk menyematkan selempang gelar akademik pria mungil ini ialah Warek I Unila Bujang Rahman, 'kompetitor' sesama calon rektor.

Kedua, seperti dikutip dari situs resmi Unila (01/06/2016), dikisahkan Aom sendiri dalam wawancara pers, bahwa proses pengusulan guru besarnya ini sempat terhambat karena ada syarat yang tidak terpenuhi dalam hal persamaan rumpun ilmu.

Di mana, jika ia ingin jadi guru besar di FKIP tempatnya mengajar, maka semestinya jalur pendidikan yang ia tempuh mulai S-1 hingga S-3 harus linear. Sementara pada studi kasus dirinya memiliki rumpun ilmu berbeda antara jenjang S-1 dan S-2nya.

Lantaran jalur pendidikan akademik yang ia tempuh di strata II dan S3 berada di rumpun ilmu FISIP, karenanya ia meminta rektor (saat itu) Prof Dr Ir Sugeng Prayitno Harianto MS memutasinya ke FISIP. Usahanya berhasil.

Kemenristekdikti menyetujui ia dikukuhkan menjadi guru besar, dua bulan berselang. “Sebelumnya karena tidak linear rumpun ilmunya, sempat mandek lama di FKIP. Setelah mutasi ke FISIP baru dua bulan kemudian guru besar saya turun,” kisah Aom.

Bicara keseharian, Aom sosok sederhana. Latar belakang pembentukan karakter dasar pria yang dikenal gemar membaca karya sastra ini, berkelindan erat dengan bakat lahiriahnya mahir menulis bait demi bait puisi --selain jago menulis karya ilmiah.

Adakah dari Anda yang pernah membaca buku Komunikasi Antarbudaya, Bahasa dan Komunikasi Antarbudaya, Logika, Analisis Wacana Berita, Dasar-Dasar Keterampilan Berbicara Menuju Komunikasi yang Efektif, dan melihat cantum nama Karomani, sang penulis? Jika iya, itu cukup bukti bahwa ia tergolong penulis produktif.

Satu lagi, redaksi nukilkan pembuktiannya. Dilansir Saibumi.com, Kamis, 15 November 2018, karya otentik Aom, buku Antologi Puisi “Nuansa Kata dan Samudra” dibedah khusus dalam forum Bilik Jumpa Sastra (Bijusa), forum diskusi peluncuran buku oleh sastrawan/pegiat seni/mahasiswa peminat sastra di Lampung, taja rutin Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni Unila, di Graha Kemahasiswaan Unila, 17 November 2018.

Dan, seperti banyak diakui, Aom dikenal pula figur yang supel dan tak sukar beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Bicara urusan berorganisasi, Aom juga patut jadi referensi. Publik Lampung akan segera menemukenali rekam jejaknya. Ia nahdliyin tulen. Dikutip dari laman ofisial NU Lampung, Aom tercatat salah satu peserta Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) Angkatan 28 hasil taja PCNU Bandarlampung di sebuah hotel di bilangan Jl Kartini, Bandarlampung, 23-25 Februari 2018.

Lulus madrasah --salah satu hasil Muktamar NU Jombang, ia lulus dan lolos pula untuk bisa menduduki jabatan struktural ormas muslim terbesar di Indonesia dan diklaim termasuk ormas muslim berpengaruh di dunia tersebut.

Hasilnya? Aom didapuk jadi salah satu Wakil Ketua Dewan Tanfidziyah PWNU Lampung --antara lain bersama kompatriotnya Rektor Universitas Malahayati (Unmal) Lampung Dr HM Khadafi SH MH. Keduanya mendampingi kepemimpinan Ketua PWNU Lampung masa khidmat 2018-2023 yang juga Rektor UIN Raden Intan Lampung Prof Dr M Mukri MAg.

Terkait nama terakhir, Aom mendampingi ia pula selaku Sekretaris Dewan Pertimbangan Dewan Pimpinan MUI Provinsi Lampung 2016-2021, dimana Mukri, ketua DPD PATRI (Perhimpunan Anak Transmigran Republik Indonesia) Lampung, duduk sebagai ketua.

Masih terkait dengan nama Mukri serta sejarah PATRI sendiri, diketahui pula bahwa ormas bervisi Gerakan Transmigrasi sebagai Perekat Nasional Lintas Agama, Suku, dan Budaya itu, didirikan pada 16 Februari 2004 (dan diketuai) oleh Prof Dr Ir Muhajir Utomo MSc --yang notabene berselang tiga nama pendahulu Aom, rektor ke-4 Unila.

Lainnya, di sela kesibukannya mengajar, ia tercatat aktif sebagai Ketua DPD Bakomubin (Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia) Provinsi Lampung 2017-2022.

Lanjut, Aom juga didapuk jadi Koordinator Wilayah PW Ikatan Dosen Budaya Daerah Indonesia (Ikadbudi) Provinsi Lampung. Ia menjadi estafet DPP Ikadbudi yang dipimpin ketua umumnya Sutrisna Wibawa, dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Ditelusuri dari laman ikadbudi.uny.ac.id,  Jum'at (18/10/2019), Ikadbudi merupakan organisasi profesi dosen bahasa, sastra, dan budaya daerah seluruh Indonesia yang didirikan berdasarkan Konferensi Nasional Dosen Bahasa, Sastra, dan Budaya Daerah se-Indonesia, 8-9 Agustus 2009 di Hotel Eden 1 Kaliurang, DI Yogyakarta.

Berfungsi melakukan mediasi dan pelayanan berbagai aspek pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat pada bidang bahasa, sastra, dan budaya daerah yang berkembang di masyarakat, Ikadbudi ambil peran sebagai mitra kerja pemerintah.

Ikadbudi sendiri bervisi mulia, terwujudnya masyarakat akademik cendekia, cermat, dan peduli pada bidang bahasa, sastra, dan budaya daerah di seluruh Indonesia, dengan lima misi, empat tugas dan tiga bidang kerja.

Menjadi orang nomor satu, tugas seabrek menanti sentuhan tangan dingin Aom. Pada derajat tertentu, beragam warisan internal hingga tantangan eksternal Unila butuh Aom gerak cepat usai dilantik nanti.

Kampus yang semula berada di tiga lokasi, Jl Hasanudin 34; kompleks Jl Jendral Suprapto 61 Tanjungkarang; dan kompleks Jl Sorong Cimeng, Telukbetung, tahun pertama berdiri ini, sejatinya kini lebih mudah aksesibilitas dan mobilitas koordinasi kepemimpinannya.

Sebab, kampus Gedongmeneng sejak tahun akademik 1973/1974 hingga kini masih jadi pusat aktivitas semua fakultas. Berurutan sesuai tahun pendirian, dari Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi (1961-1966), Fakultas Pertanian (1967-1973), FKIP (1968), FISIP (1984-1995), FMIPA (1989), Fakultas Teknik (1991), dan Fakultas Kedokteran (2011).

Sekadar pengingat, berturut-turut sejak Mei 1973-sekarang, rektor Unila yaitu Prof Dr Ir  Sitanala Arsyad (1973-1981), Prof Dr R Margono Slamet (1981-1990), Alhusniduki Hamim SE MSc (1990-1998), Prof Dr Ir Muhajir Utomo MSc (1998-2006), Prof Dr Ir  Sugeng Prayitno Harianto MS (2006-2015), Prof Dr Ir Hasriadi Mat Akin MP (2015-2019), dan Prof Dr Karomani MSi, usai dilantik nanti hingga 2023 mendatang.

“Selamat kepada Prof. Dr. Karomani, M.Si terpilih menjadi Rektor Universitas Lampung periode 2019-2023. Kamis (17/10/2019),” bunyi keterangan akun ofisial Unila, Kamis, cukup mewakili kerapatan percakapan publik di jagat media sosial, disamping menghiasi headline media massa di Lampung, hingga berita ini diturunkan.

Pamungkas, redaksi hariankoridor.com tak lupa menyampaikan pula kata selamat terpilih kepada Kang Aom, sapaan Prof Dr H Karomani MSi. Selamat bertugas, usai dilantik, segeralah bergegas.

Semoga program kerja tersusun bisa seiring sebangun dengan seluruh kerja keras negara mewujudnyatakan untai visi SDM Unggul Indonesia Maju, sebagaimana bunyi beleid RPJMN 2020-2024 dibawah kepemimpinan pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih 2019-2024 Ir H Joko Widodo dan Prof Dr (HC) KH Ma'ruf Amin.(red).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages